Gambaran Kadar Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT) Pada Penderita Tuberculosis Pengobatan 6 Bulan – 1 Tahun
DOI:
https://doi.org/10.53861/lontarariset.v3i2.300Kata Kunci:
Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT), Tuberculosis, Metode KineticAbstrak
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Seseorang telah didiagnosis dengan TB aktif (TB yang mempengaruhi paru-paru dan menyebabkan gejala batuk mengeluarkan darah, berkeringat malam hari, menurunkan berat badan demam dan nyeri dada), maka akan diberikan paket obat TB (OAT) yang harus diminum selama enam bulan, di mana obat ini merupakan kombinasi dari beberapa antibiotik. Pengobatan TB terbagi
menjadi 2 fase, yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan (4-6 bulan). Paduan obat yang digunakan terdiri dari paduan obat utama dan tambahan. Dalam pengobatan TB, OAT ini merupakan jenis obat utama yang digunakan. Efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan OAT yang paling serius adalah hepatotoksik. Hepatotoksik adalah reaksi paparan zat yang dapat mengakibatkan kerusakan hati. Pemeriksaan fungsi hati bisa melalui pemeriksaan SGPT. Jenis penelitian ini adalah deskriptif, dengan tujuan untuk memberikan gambaran dari hasil penentuan kadar Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT) pada penderita TB yang menjalani pengobatan 6 bulan – 1 tahun, dengan mengambil serum pasien TB sebanyak 8 sampel, menggunakan metode Kinetik pada alat Fotometer Biochemri BC153. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 3 sampel yang mengalami peningkatan kadar SGPT dan 5 sampel lainnya tidak mengalami peningkatan kadar SGPT (normal). Pemberian OAT tidak signifikasikan menyebabkan kadar SGPT pada penderita tuberculosis meningkat, akan tetapi pemberian OAT dalam jangka panjang bisa berpengaruh terhadap peningkatan SGPT pada penderita tuberculosis.
Unduhan
Unduhan
Diterbitkan
Cara Mengutip
Terbitan
Bagian
Lisensi
Lontara Journal Of Health Science And Technology is licensed under Creative Commons.
The journal allows the author to hold the copyright of the article without restrictions.
The journal allows the author(s) to retain publishing rights without restrictions.
The legal formal aspect of journal publication accessibility refers to Creative Commons Attribution 4.0 International (CC BY 4.0).
The Creative Commons Attribution 4.0 International (CC BY 4.0) license allows re-distribution and re-use of a licensed work on the conditions that the creator is appropriately credited and that any derivative work is made available under “the same, similar or a compatible license”. Other than the conditions mentioned above, the editorial board is not responsible for copyright violations.